Laju pertumbuhan
penduduk yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah
persentase harapan hidup, lama pendidikan yang ditempuh oleh tiap individu,
serta tingkat pendapatan. Angka harapan
hidup (AHH) pada waktu
lahir merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh
seseorang selama hidup. Angka harapan hidup masyarakat Indonesia yang
didapatkan melalui badan pusat statistik Indonesia menunjukkan bahwa angka
harapan hidup antara tahun 2009-2012 tidak menunjukkan kenaikan atau penurunan
yang signifikan yaitu ada pada kisaran 69 tahun. Angka ini memiliki bahwa rata-rata usia dari masyarakat Indonesia adalah 69
tahun, hal yang mempengaruhi harapan hidup adalah gaya hidup, lingkungan
eksternal tempat seseorang tumbuh, serta kesehatan.
Pertumbuhan
penduduk juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, hal ini
dikarenakan untuk mengetahui kualitas dari penduduk yang ada dalam suatu negara
kita perlu mengetahui seberapa pesat perkembangan teknologi di negara tersebut.
Perkembangan teknologi tentunya berkaitan dengan tingkat pendidikan, karena
tanpa adanya kualitas pendidikan yang baik perkembangan teknologi yang terjadi
tidak akan berkembang secara cepat. Persentase masyarakat Indonesia yang melek
huruf menurut badan pusat statistik Indonesia dari tahun 2008-2012 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Berdasarkan
data diatas, masyarakat yang melek huruf di Indonesia menunjukkan kenaikan di
tiap tahunnya. Hal ini dapat disebabkan dari pencanangan program pemerintah
untuk memberantas masyarakat buta huruf di Indonesia, terutama masyarakat yang
berada di pedesaan atau daerah terpencil lainnya yang sulit terjangkau oleh
fasilitas pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah membuat persentase
pengangguran yang cukup tinggi, pendidikan yang dimiliki oleh seseorang
dipengaruhi oleh faktor internal ataupun eksternal. Faktor internalnya antara
lain keinginan seseorang untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi,
kemampuan dalam belajar, atau dapatpula dipengaruhi oleh perekonomian dalam
suatu keluarga. Faktor eksternalnya antara lain adalah lingkungan yang ada
disekitar yang dapat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap pendidikan.
Pendidikan
yang dimiliki juga akan berpengaruh pada persentase pengangguran yang akan
dihadapi tiap indeividu. Program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang dibuat
oleh pemerintah tidak berjalan secara efektif, terutama di daerah-daerah
terpencil. Di daerah terpencil fasilitas pendidikan masih sangat minim, hal ini
membuat sebagian masyarakat lebih memilih untuk “bekerja di rumah” daripada
menempuh pendidikan yang layak. Padahal pendidikan adalah hal penting yang
berpengaruh dalam tingkat kemakmuran hidup seseorang. Berikut adalah data dari indikator
pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat Indonesia dari tahun 2007-2012:
Meskipun
zaman yang ada
saat ini telah maju dan berkembang dengan adanya
ilmu pengetahuan dan teknologi, namun
sangat memilukan ketika tingkat pendidikan yang ada masih sangat rendah. Hal
tersebut dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Faktor lainnya dapat terjadi karena
masalah sosial dan keterbiasaan. Masalah sosial yang ada terjadi karena
keterbatasan dalam segi ekonomi. Sehingga
banyak anak yang putus sekolah dan bekerja dibawah standar umur yang ada.
Sesungguhnya keterbatasan ekonomi bukanlah hal utama yang membuat seseorang
tidak menimba ilmu karena banyak lembaga pendidikan yang memberikan keringanan
untuk biaya dan adapula lembaga pendidikan yang tidak harus mengeluarkan biaya
bagi siswa yang tidak mampu dan berprestasi. Hal
tersebut masih
saja sering terjadi karena faktor keterbiasaan pula. Banyak orang tua yang
tidak mewajibkan anaknya untuk mengenyam pendidikan, karena bagi sebagian orang
bisa baca, tulis dan hitung pun sudah baik sehingga banyak orang yang tidak
melakukan pendidikan dan lebih memilih usaha dibandingkan bersekolah.
Lingkungan yang
tidak baik juga dapat mengakibatkan anak malas untuk mengenyam pendidikan.
Lingkungan tersebut terjadi karena banyak teman-temannya yang lebih sering
mengajaknya bermain sehingga menjadi malas
bersekolah. Pengeksploitasian anak juga kerap terjadi, masih saja anak dibawah
umur mengamen dan mengemis daripada bersekolah. Alasan yang diberikan karena
ingin membantu orang tua. Terkadang memang benar untuk membantu orang tua
karena faktor kemiskinan yang dibahas sebelumnya, namun terkadang anak tersebut
senang karena dapat memperoleh uang
tanpa harus bersekolah. Namun saat ini
banyak muncul gerakan-gerakan kepedulian akan pendidikan yang layak bagi anak
jalanan. Hal ini dapat dilihat di
komunitas KOPPAJA (Komunitas
Peduli Pendidikan Anak Jalanan) untuk wilayah Bogor, Bekasi, Balikpapan, dan Jakarta.
Komunitas ini tidak hanya memberikan pendidikan seperti di sekolah lainnya,
komunitas ini juga memberikan pelajaran untuk melakukan bisnis sendiri. Hal ini
dilakukan agar anak-anak yang mereka bina dapat berdiri sendiri sehingga
diharapkan dapat membantu teman mereka yang kurang beruntung lainnya. Berikut
ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh komunitas KOPPAJA:
Sumber Data:
Sumber Gambar: