Rabu, 30 April 2014

Tugas Pengetahuan Lingkungan Kedua



Laju pertumbuhan penduduk yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah persentase harapan hidup, lama pendidikan yang ditempuh oleh tiap individu, serta tingkat pendapatan. Angka harapan hidup (AHH) pada waktu lahir merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Angka harapan hidup masyarakat Indonesia yang didapatkan melalui badan pusat statistik Indonesia menunjukkan bahwa angka harapan hidup antara tahun 2009-2012 tidak menunjukkan kenaikan atau penurunan yang signifikan yaitu ada pada kisaran 69 tahun. Angka ini memiliki bahwa rata-rata usia dari masyarakat Indonesia adalah 69 tahun, hal yang mempengaruhi harapan hidup adalah gaya hidup, lingkungan eksternal tempat seseorang tumbuh, serta kesehatan.
Pertumbuhan penduduk juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, hal ini dikarenakan untuk mengetahui kualitas dari penduduk yang ada dalam suatu negara kita perlu mengetahui seberapa pesat perkembangan teknologi di negara tersebut. Perkembangan teknologi tentunya berkaitan dengan tingkat pendidikan, karena tanpa adanya kualitas pendidikan yang baik perkembangan teknologi yang terjadi tidak akan berkembang secara cepat. Persentase masyarakat Indonesia yang melek huruf menurut badan pusat statistik Indonesia dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Berdasarkan data diatas, masyarakat yang melek huruf di Indonesia menunjukkan kenaikan di tiap tahunnya. Hal ini dapat disebabkan dari pencanangan program pemerintah untuk memberantas masyarakat buta huruf di Indonesia, terutama masyarakat yang berada di pedesaan atau daerah terpencil lainnya yang sulit terjangkau oleh fasilitas pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah membuat persentase pengangguran yang cukup tinggi, pendidikan yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor internal ataupun eksternal. Faktor internalnya antara lain keinginan seseorang untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, kemampuan dalam belajar, atau dapatpula dipengaruhi oleh perekonomian dalam suatu keluarga. Faktor eksternalnya antara lain adalah lingkungan yang ada disekitar yang dapat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap pendidikan.
Pendidikan yang dimiliki juga akan berpengaruh pada persentase pengangguran yang akan dihadapi tiap indeividu. Program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang dibuat oleh pemerintah tidak berjalan secara efektif, terutama di daerah-daerah terpencil. Di daerah terpencil fasilitas pendidikan masih sangat minim, hal ini membuat sebagian masyarakat lebih memilih untuk “bekerja di rumah” daripada menempuh pendidikan yang layak. Padahal pendidikan adalah hal penting yang berpengaruh dalam tingkat kemakmuran hidup seseorang. Berikut adalah data dari indikator pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat Indonesia dari tahun 2007-2012:
Meskipun zaman yang ada saat ini telah maju dan berkembang dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi, namun sangat memilukan ketika tingkat pendidikan yang ada masih sangat rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Faktor lainnya dapat terjadi karena masalah sosial dan keterbiasaan. Masalah sosial yang ada terjadi karena keterbatasan dalam segi ekonomi. Sehingga banyak anak yang putus sekolah dan bekerja dibawah standar umur yang ada. Sesungguhnya keterbatasan ekonomi bukanlah hal utama yang membuat seseorang tidak menimba ilmu karena banyak lembaga pendidikan yang memberikan keringanan untuk biaya dan adapula lembaga pendidikan yang tidak harus mengeluarkan biaya bagi siswa yang tidak mampu dan berprestasi. Hal tersebut masih saja sering terjadi karena faktor keterbiasaan pula. Banyak orang tua yang tidak mewajibkan anaknya untuk mengenyam pendidikan, karena bagi sebagian orang bisa baca, tulis dan hitung pun sudah baik sehingga banyak orang yang tidak melakukan pendidikan dan lebih memilih usaha dibandingkan bersekolah.
Lingkungan yang tidak baik juga dapat mengakibatkan anak malas untuk mengenyam pendidikan. Lingkungan tersebut terjadi karena banyak teman-temannya yang lebih sering mengajaknya bermain sehingga menjadi malas bersekolah. Pengeksploitasian anak juga kerap terjadi, masih saja anak dibawah umur mengamen dan mengemis daripada bersekolah. Alasan yang diberikan karena ingin membantu orang tua. Terkadang memang benar untuk membantu orang tua karena faktor kemiskinan yang dibahas sebelumnya, namun terkadang anak tersebut senang karena dapat memperoleh uang tanpa harus bersekolah. Namun saat ini banyak muncul gerakan-gerakan kepedulian akan pendidikan yang layak bagi anak jalanan. Hal ini dapat dilihat di  komunitas KOPPAJA (Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan) untuk wilayah Bogor, Bekasi, Balikpapan, dan Jakarta. Komunitas ini tidak hanya memberikan pendidikan seperti di sekolah lainnya, komunitas ini juga memberikan pelajaran untuk melakukan bisnis sendiri. Hal ini dilakukan agar anak-anak yang mereka bina dapat berdiri sendiri sehingga diharapkan dapat membantu teman mereka yang kurang beruntung lainnya. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh komunitas KOPPAJA:
https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/t1.0-9/q71/s480x480/1797485_646851532035080_1242367974096645158_n.jpg

Sumber Data:
Sumber Gambar: